Makalah Perluasan Perang Dingin dan Hubungan Perang Vietnam dengan Perkembangan Politik di Asia Tenggara
Perluasan Perang Dingin
Dan
Hubungan Perang Vietnam dengan Perkembanga
Politik di Asia Tenggara
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 2:
1. Edward
Wijaya (09) (Wakil
Ketua Kelompok)
2. Fadhila
Sildano (10) (Wakil
Ketua Kelompok)
3. Nurfadillah
(20) (Sekretaris
Kelompok)
4. Mila
Dewi Ahmayanti (14)
5. Rahmawati (24)
6. Vinsensius
Evan Kabubu (31)
7. Zulfadli (34)
SMAN 12 MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. teriring
shalawat dan salam mari kita curakan kepada Baginda Rasulullah SAW. Karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah in
yang membahas materi tentang “Perluasa perang dingin dan Hubungan perang
Vietnam dengan perkembangan politik di Asia Tenggara”
Terima Kasih kepada Allah SWT., Ibu Hapsah, S.Pd selaku guru
pembimbing kami serta teman-teman kelompok 2 yang telah berusaha dan mengerahkan kemampuan demi menyelesaikan
makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami
berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini lebih sempurna dan optimal pemanfaatannya di masa
mendatang.Harapan ke depan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Makassar, 1 Februari 2017
Kelompok 2
DAFTAR
ISI
Judul
Halaman.....................................................................................................
|
1
|
Kata
Pengantar.....................................................................................................
|
2
|
Daftar
Isi..............................................................................................................
|
3
|
BAB
I PENDAHULUAN
|
|
Latar
Belakang ....................................................................................................
|
4
|
Rumusan
Masakah...............................................................................................
|
5
|
Tujuan..................................................................................................................
|
5
|
BAB
II PEMBAHASAN
|
|
Perluasan
Perang Dingin.....................................................................................
|
6
|
Hubungan
Perang Vietnam dengan Perkembangan Politik di Asia Tenggara....
|
8
|
BAB
III PENUTUP
|
|
Kesimpulan..........................................................................................................
|
25
|
Saran....................................................................................................................
|
25
|
Daftar
Pustaka
|
|
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak permulaan
abad-20 bangsa-bangsa di kawasan Asia-Afrika mulai bangkit menentang kekuasaan
bangsa-bangsa Eropa. Perjungan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di Asia-Afrika
itu bertujuan untuk mencapai kemerdekaannya agar terbebas dari segala bentuk
kekuasaan bangsa asing.
Perang Vietnam
merupakan perang yang terjadi antara Vietnam degan Amerika Serikat pada tahun
1957 sampai tahun 1975 di Vietnam. Perang ini juga disebut perang indocina
kedua setelah sebelumnya Vietnam berperang dengan Perancis dalam perang
kemerdekaan. Perang ini merupakan bagian dari perang dingin antara dua kubu
ideologi besar yaitu Uni Soviet dengan ideologi Komunisnya dan Amerika Serikat
dengan Ideologi Liberal Kapitalisnya. Hal inilah kemudian menyebabkan pecahnya
perang terbuka antara Vietnam dengan Amerika Serikat.
Berakhirnya perang
Indocina yang ditandai dengan jatuhnya reziem Saigon berarti memberikan
kemenangan bagi kaum komunis. Cita-cita Ho chi Minh mengenai ”kemerdekaan dan
persatuan” dibawah panji-panji komunisme mulai mencicipi satu kenyataan.
Peristiwa ini telah membawa perubahan-perubahan yang cukup mendasar bagi peta
politik di Asia Tenggara, sehingga menimbulkan berbagai spekulasi dan opini
masyarakat, juga para pengamat politik tergerak perhatiannya pada masalah,
bagaimana pengaruh kemenangan komunis di Indocina dan bagaimana pula posisi
ASEAN di Asia Tenggara. Maka dari itu, terdapat hubungan
dan dampak antara keduanya.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
proses perluasan perang dingin?
2.
Apa
latar belakang terjadinya perang vietnam?
3.
Bagaimana
perkembangan politik di Asia Tenggara paska perang Vietnam?
4.
Apa
dampak perang Vietnam terhadap kawasan Asia Tenggara?
5.
Bagaimana
hubungan perang Vietnam terhadap perkembangan politik di Asia Tenggara?
Tujuan
1.
Siswa
dapat memahami proses perluasan perang dingin
2.
Siswa
dapat memahami sebab perang Vietnam serta perkembangan politik di Asia Tenggara
paska perang Vietnam dan mengetahui hubungan di antara keduanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Proxy
War (perang akibat perang antara Uni Soviet-AS) terjadi, antara lain di Vietnam
(Vietnam Utara / komunisme - Vietnam Selatan / demokratis), Korea (Korea Utara
/ komunisme, Korea Selatan / demokratis), Amerika (Kuba / komunisme – AS /
demokratis).
Pemerintah
Komunis Cina
Tahun 1923, Partai Komunis Cina dipimpin Mao Zedong melakukan aliansi dengan Partai Koumintang pimpinan Sun Yat Sen. Dalam proklamasi kemerdekaan Cina 1 Oktober 1949, Partai Komunis Cina menjadi partai pemegang mandat pemerintahan menggantikan Partai Koumintang pimpinan Chiang Kai Sek. Kemudian, Chiang Kai Sek pindah ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan demokratis. AS mendukung pemerintahan Chiang Kai Sek di Taiwan.
Dari sudut pandang kekuatan militer, Cina dibantu Uni Soviet, mulai membangun teknologi persenjataan nuklirnya tahun 1957 untuk menangkal serangan Negara lain. Aliansi Uni Soviet-Cina tahun 1949-1950 menjadi penyebab kemunculan poros Barat-Timur. Hal ini membuat AS melebarkan fokusnya ke Asia juga. Parameternya adalah pemberian bantuan militer AS di Vietnam Selatan dan Korea Selatan.
Perang Korea
Awal PD II, Uni Soviet menduduki Korea. 10 Agustus 1945, AS mengeluarkan kebijakan untuk menduduki Korea Selatan dalam rangka membendung ekspansi Uni Soviet. Selanjutnya, AS dan Uni Soviet mendukung berdirinya rezim di daerah kekuasaan masing-masing. Rezim I Korea Selatan dipimpin Syngman Rhee (anti-komunis), Rezim I Korea Utara dipimpin Kim II Sung. Kedua Rezim dibentuk tahun 1946. Titik garis batas antara ke-dua Korea terletak di garis lintang 38 derajat.
Invasi pasukan Korea Utara didukung Uni Soviet pada 25 Juni 1950 melewati garis batas 38 derajat menuju Korea Selatan berhasil memukul mundur pasukan Korea Selatan dan AS hingga ke Busan. Pada 15 September 1950, pasukan AS dipimpin jendral Douglas MacArtur mendarat di kawasan Inch’on, berhasil mengurung pasukan Korea Utara yang sudah terlanjur jauh memasuki Korea Selatan. Keikutsertaan Cina pada Oktober 1950 dalam perang Korea dikarenakan pasukan PBB (beraliansi dengan AS) masuk ke Korea Utara.
Akhirnya, negoisasi damai mulai digagas dengan terpilihnya presiden AS Dwight D. Eisenhower. Kesepakatan dicapai pada 27 Juli 1953 dalam 2 point. Pertama, garis lintang 38 derajat sebagai garis batas Korea Utara-Korea Selatan. Kedua, pengembalian tawanan perang ke Negara masing-masing.
Revolusi Kuba
Tahun 1924, Kuba dipimpin Gerrado Machado(pemerintahannya ditaktor). Berbagai kelompok masyarakat mulai menunjukkan perlawanan. Akhirnya, tahun1940 pemerintahan Machado ditumbangkan oleh kekuatan militer pimpinan Fulgencio Batista. Tahun 1940-1944, Kuba di bawah kekuasaan ditaktor Batista. Pemerintahan dictator Batista sempat berakhir pada tahun 1944 dengan terpilihnya Carllos Prio. Namun, Batista kembali berkuasa tahun 1952-1958. Dalam pemerintahannya yang kedua ini, Batista mendapat perlawanan dari 2 kelompok besar, yaitu kelompok The Second Front pimpinan Eloy Guierez dan kelompok revolusioner pimpinan Fidel Castro.
26 Juli 1953, penyerangan Castro ke pangkalan militer besar pasukan Batista berhasil menggugah masyarakat Kuba walau gagal. Castro dipenjara hingga 1955. Setelah dibebaskan, Castro ke Meksiko bertemu Che Guevara. Tahun 1956, mereka bersama pasukan kembali menyerang pasukan Batista. Akhirnya, pasukan Castro dipimpin Che Guevara dan Camilo Cienfuegos mengalahkan kekuatan militer Batista di Kuba pada Maret 1958. kemudian, Castro memimpin Kuba dengan haluan Komunis.
Ketegangan Perang Dingin antara Kuba-AS memuncak Oktober 1962 “Krisis Misil Kuba”. Hasil laporan mata-mata AS di Kuba membuat presiden AS John F. Kenedy memblokade perairan di sekitar Kuba untuk mencegah kelangsungan proyek pembangunan instalasi nuklir Uni Soviet di Kuba. Krisis Misil Kuba berakhir dengan kesepakatan Nikita Khruschev dan John F. Kenedy dalam 2 poin. Pertama, Uni Soviet menghentikan pembangunan instalasi nuklirnya di Kuba. Kedua, AS dilarang meng-invasi Kuba.
Tahun 1923, Partai Komunis Cina dipimpin Mao Zedong melakukan aliansi dengan Partai Koumintang pimpinan Sun Yat Sen. Dalam proklamasi kemerdekaan Cina 1 Oktober 1949, Partai Komunis Cina menjadi partai pemegang mandat pemerintahan menggantikan Partai Koumintang pimpinan Chiang Kai Sek. Kemudian, Chiang Kai Sek pindah ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan demokratis. AS mendukung pemerintahan Chiang Kai Sek di Taiwan.
Dari sudut pandang kekuatan militer, Cina dibantu Uni Soviet, mulai membangun teknologi persenjataan nuklirnya tahun 1957 untuk menangkal serangan Negara lain. Aliansi Uni Soviet-Cina tahun 1949-1950 menjadi penyebab kemunculan poros Barat-Timur. Hal ini membuat AS melebarkan fokusnya ke Asia juga. Parameternya adalah pemberian bantuan militer AS di Vietnam Selatan dan Korea Selatan.
Perang Korea
Awal PD II, Uni Soviet menduduki Korea. 10 Agustus 1945, AS mengeluarkan kebijakan untuk menduduki Korea Selatan dalam rangka membendung ekspansi Uni Soviet. Selanjutnya, AS dan Uni Soviet mendukung berdirinya rezim di daerah kekuasaan masing-masing. Rezim I Korea Selatan dipimpin Syngman Rhee (anti-komunis), Rezim I Korea Utara dipimpin Kim II Sung. Kedua Rezim dibentuk tahun 1946. Titik garis batas antara ke-dua Korea terletak di garis lintang 38 derajat.
Invasi pasukan Korea Utara didukung Uni Soviet pada 25 Juni 1950 melewati garis batas 38 derajat menuju Korea Selatan berhasil memukul mundur pasukan Korea Selatan dan AS hingga ke Busan. Pada 15 September 1950, pasukan AS dipimpin jendral Douglas MacArtur mendarat di kawasan Inch’on, berhasil mengurung pasukan Korea Utara yang sudah terlanjur jauh memasuki Korea Selatan. Keikutsertaan Cina pada Oktober 1950 dalam perang Korea dikarenakan pasukan PBB (beraliansi dengan AS) masuk ke Korea Utara.
Akhirnya, negoisasi damai mulai digagas dengan terpilihnya presiden AS Dwight D. Eisenhower. Kesepakatan dicapai pada 27 Juli 1953 dalam 2 point. Pertama, garis lintang 38 derajat sebagai garis batas Korea Utara-Korea Selatan. Kedua, pengembalian tawanan perang ke Negara masing-masing.
Revolusi Kuba
Tahun 1924, Kuba dipimpin Gerrado Machado(pemerintahannya ditaktor). Berbagai kelompok masyarakat mulai menunjukkan perlawanan. Akhirnya, tahun1940 pemerintahan Machado ditumbangkan oleh kekuatan militer pimpinan Fulgencio Batista. Tahun 1940-1944, Kuba di bawah kekuasaan ditaktor Batista. Pemerintahan dictator Batista sempat berakhir pada tahun 1944 dengan terpilihnya Carllos Prio. Namun, Batista kembali berkuasa tahun 1952-1958. Dalam pemerintahannya yang kedua ini, Batista mendapat perlawanan dari 2 kelompok besar, yaitu kelompok The Second Front pimpinan Eloy Guierez dan kelompok revolusioner pimpinan Fidel Castro.
26 Juli 1953, penyerangan Castro ke pangkalan militer besar pasukan Batista berhasil menggugah masyarakat Kuba walau gagal. Castro dipenjara hingga 1955. Setelah dibebaskan, Castro ke Meksiko bertemu Che Guevara. Tahun 1956, mereka bersama pasukan kembali menyerang pasukan Batista. Akhirnya, pasukan Castro dipimpin Che Guevara dan Camilo Cienfuegos mengalahkan kekuatan militer Batista di Kuba pada Maret 1958. kemudian, Castro memimpin Kuba dengan haluan Komunis.
Ketegangan Perang Dingin antara Kuba-AS memuncak Oktober 1962 “Krisis Misil Kuba”. Hasil laporan mata-mata AS di Kuba membuat presiden AS John F. Kenedy memblokade perairan di sekitar Kuba untuk mencegah kelangsungan proyek pembangunan instalasi nuklir Uni Soviet di Kuba. Krisis Misil Kuba berakhir dengan kesepakatan Nikita Khruschev dan John F. Kenedy dalam 2 poin. Pertama, Uni Soviet menghentikan pembangunan instalasi nuklirnya di Kuba. Kedua, AS dilarang meng-invasi Kuba.
B. HUBUNGAN PERANG VIETNAM DENGAN PERKEMBANGAN
POLITIK DI ASIA TENGGARA
1.
Latar
Belakang Perang Vietnam
Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan
pada tahun 938.
Setelah bebas dari belenggu penjajahanTiongkok, Vietnam selalu menentang dan mengecam
serangan pihak asing.
Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis.
Perancis menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa
perang kolonial di Indochinamulai
dari tahun 1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk
menyaingi kebangkitan Britania
Raya dan
kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan
industri di Perancisuntuk
menyaingi penguasaan industri Britania
Raya.
Semasa pemerintahan Perancis,
golongan rakyat Vietnam dibakar semangatnasionalisme dan ingin merdeka dari Perancis.
Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis,
tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919,
semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi
Minh meminta
untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaan
tersebut ditolak dan Vietnam beserta seluruh Indochinaterus
menjadi jajahan Perancis.
Kelompok Viet
Minh akhirnya
mendapat dukungan populer dan berhasil mengusir Perancis dari Vietnam.
Selama Perang
Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang.
Pemerintah Perancis
Vichy bekerjasama
dengan Jepang yang mengantar tentara ke Indochina sebagai pasukan yang berkuasa
secara de facto di
kawasan tersebut. Pemerintah Perancis
Vichy tetap
menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketikaPerancis
Vichy jatuh
setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan jendral Charles
de Gaulle diangkat
sebagai pemimpinPerancis.
Setelah pemerintah Perancis
Vichy tumbang,
pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan
pergerakan nasionalis di kalangan rakyat ( Vietnam ). Pada akhir (Perang Dunia
II ), ( Vietnam ) diberikan kemerdekaan oleh pihak ( Jepang ). ( Ho Chí Minh )
kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh
kekuasaan asing. Ia menerima bantuan kelompok OSS yang akan berubah menjadi (
CIA ) nantinya.
Pada akhir ( Perang Dunia II ),
pergerakan ( Viet Minh ) di bawah pimpinan (Ho Chí Minh ) berhasil membebaskan
Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya untuk masa yang
singkat saja. Pihak ( jepang ) menangkap pemerintah Perancis dan memberikan
Vietnam satu bentuk “kemerdekaan” sebagai sebagian dari rancangan Jepang untuk
"membebaskan" bumi ( Asia )dari penjajahan barat. Banyak bangunan
diserahkan kepada kelompok-kelompok ( nasionalis ).
-perang vietnam merupakan
perang terlama amerika serikat di asia tenggara. -amerika selalu menang dalam
berbagai pertempuran di medan perang namun kenyataannya amerika serikat harus
meninggalkan vientam.
2. Perkembangan Politik di Asia Tenggara paska Perang Vietnam
Berakhirnya
perang Indocina yang ditandai dengan jatuhnya reziem Saigon berarti memberikan kemenangan
bagi kaum komunis. Cita-cita Ho chi Minh mengenai ”kemerdekaan dan persatuan”
dibawah panji-panji komunisme mulai mencicipi satu kenyataan. Peristiwa ini
telah membawa perubahan-perubahan yang cukup mendasar bagi peta politik di Asia
Tenggara, sehingga menimbulkan berbagai spekulasi dan opini masyarakat, juga
para pengamat politik tergerak perhatiannya pada masalah, bagaimana pengaruh
kemenangan komunis di Indocina dan bagaimana pula posisi ASEAN di Asia
Tenggara.
Gerakan komunis Vietnam senantiasa berkaitan
erat dengan proses perjuangan rakyat melawan penjajahan bangsa asing. Kalau
sebelum jatuhnya benteng Dien Bien Phu, gerakan komunis harus berperang melawan
Perancis, kemudian sesudah itu harus berhadapan dengan Amerika Serikat yang
dinilai sebagai imperialis pengganti penjajahan Perancis. Pada bulan April
tahun 1975 merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan politik di Asia
Tenggara. Karena pada waktu itu tumbangnya kekuasaan non-komunis Lo Nol di
Kamboja dan jatuhnya reziem Nguyen Van Thieu di Vietnam Selatan, yang sekaligus
tumbanglah pengaruh Amerika Serikat di kawasan Indocina.
Rezim komunis yang berkuasa di Vietnam dalam Hanoi Blue Print akan menyebarkan paham komunis ke Asia
Tengggra. Ada tiga poin penting dalam Hanoi Blue Print yaitu:
1.
Konsilidasi antara Vietnam utara dan
selatan. Menjadikan Vietnam satu bangsa yang bulat dan kokoh memenuhi kebutuhan
sendiri.
2.
Menjadikan Hanoi sebagai
satu-satunya kekuatan atau Laos dan Kamboja yang merupakan dua negara komunis,
tetapi memiliki orientasi yang berbeda. Dengan pasal itu Vietnam saling
berjuang untuk mempersatukan antara Laos dan Kamboja dibawah pengakuan Hanoi.
3. Memperluas
pengaruh kekuasaan baik politik maupun ekonomi atas seluruh wilayah Asia
Tenggara untuk perlu menempuh jalan subversi dengan membantu rencana militer
terhadap setiap perjuangan di daerah-daerah lain
Berdasarkan
rencana di atas, dimana Vietnam akan menyebarkan paham komunis di Asia Tenggara
yang tentu saja menimbulkan perubahan politik di Asia Tenggara terutama dalam
rangka menangkis serangan komunisme.
a. Laos
Keadaan
Laos tidak jauh berbeda dengan negara-negara di kawasan Indocina lainnya dimana
komunisme juga memberikan warna terhadap perkembangan politik terutama paska
perang Vietnam. Di Laos tidak ada kata damai karena perebutan kekuasaan antara
tiga kelompok;
1.
Nasionalis adalah kelompok pangerang
Oune Sananikone yang lebih dekat dengan Thailand.
2.
Komunis adalah kelompok pangerang
Souphanavong yang banyak berkenalan dengan paham sosialis dan menjalin hubungan
dengan Hi Chi Minh.
3.
Kelompok Tengah adalah kelompok
Souvanna Phoma (Soeparman, 1986:42).
Ketiganya
memiliki pandangan sendiri-sendiri, perpecahan antar pemimpin tersebut semakin
menajam ketika Souphanavong berserta Phatet Laonya dengan bantuan tentara Vietminh
terus melancarkan serangan dan memperluas daerah pengaruh, sementara golongan
kanan yang nasioanalis semakin kaya karena bantuan Amerika Serikat.
Perdana
Menteri Laos diduduki oleh Souvana Phoma, dan terus berusaha membentuk koalisi
dengan Souphanavong. Pada tanggal 2 Februari 1973 mereka mengadakan perjanjain
damai, hal ini menimbulkan banyak reaksi, dan golongan yang mendukung kanan
(nasionalis) dan kalangan militer menuduh bahwa Phoma telah menjual Laos kepada
orang-orang komunis (Sardiman, 1983:61). Oleh karena itu militer di bawah
Jenderal Thouma melakukan kudeta. Namun kudeta itu tidak direstui Amerika
Serikat dan lewat John Dean Gunter, Wakil Dubes Amerika Serikat menyampaikan
lebih mendukung politik koalisi yang dijalankan oleh PM. Phoma. Hal ini
menyebabkan gagalnya kudeta dan terbunuhnya Jend. Thouma sedangkan
pengikut-pengikutnya melarikan diri ke Thailand.
Dengan adanya perkembangan baru ini memberikan
peluang komunis untuk berkembang dan tentu saja sangat menggembirakan pihak
Hanoi. Hal ini terlihat dalam pemilu 1975, komunis memperoleh kemenangan
sehingga dapat mengendalikan pemerintahan Laos. Tetapi pemerintahan ini
menghadapi masalah baru, Laos tidak memiliki daerah pantai sebagai pelabuhan,
dan sebelumnya jalan lalu lintas perekonomian melewati Muangthai. Kedua negara
ini saling bersahabat sebelum Phatet Lao berkuasa. Tetapi hubungan ini semakin
memburuk ketika Laos jatuh ketangan Komunis, karena Muangthai mengambil Policy Anti Komunis.
Masalah lain yang dihadapi Laos adalah tidak dimilikinya tenaga-tenaga ahli
yang berpengalaman diberbagai bidang, karena banyak tenaga ahli yang lari ke
Muangthai.
Dalam
kesempatan seperti itu, Vietnam muncul untuk memberikan bantuan kepada Laos
sekaligus untuk memperluas pengaruhnya. Tanggal 18 Juli 1979 telah
ditandatangani deklarasi bersama ketika PM Pham Van Dong, Sekjen Partai Komunis
Vietnam Le Duan, dan Wakil Menteri Pertahanan Letjend Chu Huy Man berkunjung ke
Vientiene ibukota Laos. Isi deklarasi tersebut adalah :
1.
Persetujuan Militer, artinya Laos akan
dibela oleh Vietnam menghadapi ancaman dari luar.
2.
Persetujuan ekonomi, hal ini berarti
Laos mengekspor produksinya tidak lagi melalui Muangthai, tetapi melalui
pelabuahn Danang di Vietnam bagian selatan dan diangkut ke danang melalui darat
dengan peralatan modern.
3.
Mengenai ASEAN, kedua belah pihak
(Vietnam dan Laos) mengutuk keras usaha-usaha AS yang mempergunakan ASEAN untuk
menentang arus ke arah kemerdekaan sejati, perdamaian, serta kenetralan di
kawasan Asia Tenggara. Keduanya sepakat bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh
para penguasa negara-negara ASEAN guna memperkuat persekutuan militer bilateral
antara AS dan negara anggota ASEAN dengan papan anti komunis, yang berarti akan
mengubah ASEAN menjadi persekutuan militer secara de fakto (Sardiman, 1983:63).
ASEAN
menilai perjanjian itu tidak lain sebagai perjanjian militer dalam rangka
melaksanakan prinsip komunisme yang ingin mengkomuniskan negara-negara tetangga
yang belum komunis. Pernyataan-pernyataan Vietnam yang akan selalu mendukung
gerakan-gerakan (gerakan komunisme) di Asia Tengara yang ingin memperoleh
kemerdekaan sejati, perdamaian dan kehidupan demokratis. Hal ini perlu dipahami
bahwa dalam perjuangan komunisme menggunakan tiga cara yang hamper sama
dilakukan oleh negara-negara lain yaitu:
1. Propaganda; mereka
menyatakan diri sebagai partai milik rakyat yang mengabdi pada kebebasan
demokrasi, keadilan soasial dan menentang semua bentuk reaksi serta
ketidakadilan sosial.
2. Infiltrasi; komunis
akan mengadakan penyusupan ke dalam partai politik, serikat buruh, dewan
tentara, dan pemerintahan daerah.
3. Kekerasan; mengambil
alih pemerintahan dengan cara kudeta (Ebenstein, dkk., 1990:28).
b. Masalah Kamboja dan Invasi Vietnam
1.
Perebutan Kekuasan di Kamboja
Pada
tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada
Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak
Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap
yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja
pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai. Kamboja
dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953,
sebagai daerah dari Koloni Indochina.
Setelah
penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari
Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional
dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk. Pada saat Perang Vietnam tahun
1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh
petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan
aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari
Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah,
yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal
inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada
tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik
Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat
perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif.
Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang
terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat
Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja. Kamboja merupakan
negara berbentuk monarki konstitusional di wilayah Asia Tenggara seluas 181.035
km2 yang
berbatasan dengan Thailand, Laos dan Vietnam. Pada periode 1975-1979, 1,5
hingga 2 juta penduduk atau sekitar 20% dari jumlah populasi dari 7-8 juta
penduduk tewas dibantai oleh rezim Khmer Merah dalam rangka revolusi ekstrimis
agraris (Schanberg, 2004:71).
2.
Perbatasan Vietnam dan Kamboja
Pada
dasarnya konflik antara Vietnam dengan Kamboja yang terjadi yang menyebabkan
timbulnya invasi oleh Vietnam kepada kamboja antara lain karena di sebabkan
oleh beberapa factor antara lain :Warisan sejarah yaitu menyangkut adanya
batas-batas wilayah yang tidak jelas antara Vietnam dengan Kamboja.
1.
Adanya keinginan dari Vietnam untuk
memegang kendali atas Indocina termasuk didalamnya adalah Kamboja dan Laos.
2.
Adanya perpecahan antara dua
kekuatan besar komunis di dunia yaitu Uni Soviet dan Cina.
3.
Kamboja selalu menjadi daerah
rebutan antara Thailand dan Vietnam. Diantara keduanya tidak ingin Kamboja
sebagai abut loncatan untuk menyerang negaranya
4. Adanya
kepentingan, dengan Hanoi’s Blue Print ingin
menjadikan Hanoi sebagai sentral kekuatan bagi seluruh Indocina.
Intervensi
Vietnam Ke Kamboja tahun 1978 dimulai ketika pada 3 Desember 1978, Vietnam
mangumumkan bahwa pasukan pemberontak Kamboja telah mendirikan KNUFNS (Front
persatuan nasional bagi keselamatan Kamboja) dibawah Heng Samrin. Invasi itu
dilakukan pada 25 Desember 1978. Invasi menyebabkan Phnom Penh jatuh dan
berhasil menggulingkan rezim Pol Pot yang pro Beijing pada 7 Januari 1979.
Selain itu, di saat yang sama KNUFNS memebntuk dewan revolusioner rakyat
Kamboja (KPRC) dan tanggal 11 Januari 1979 memproklamasikan diri sebagai
Republic Rakyat Kamboja.
Namun
demikian, di Kamboja terdapat lawan-lawan Vietnam dan tetap meneruskan
perlawanan terhadap pemerintahan Heng Samrin dan Vietnam. Mereka adalah pasukan
Khamer Merah dipimpin Khiu Samphan, pasukan Moulika yang di pimpin oleh Norodom
Sihanouk (berhaluan non-komunis), pasukan Front Pembebasan Rakyat Khamer
(KPNLF) di bawah pimpinan bekas Perdana Mentri Son Sann yang melakukan serangan
Gerilya. Ketiga gerakan tersebut sepakat untuk membentuk pemerintahan koalisasi
di Kamboja untuk mengakhiri pendudukan Vietnam.
Vietnam
meskipun berhasil menguasai dan membentuk pemerintahan boneka di dalam negeri
Kampuchea terjadi usaha untuk menentang pemerintahan komunis itu. Tentu saja
itu memberi peluang bagi negara-negara dan pemerintahan anti komunis untuk
menghambat laju perkembangan komunis di Asia Tenggara. Pemerintahan anti
komunis di Kampuchea dibentuk atas koalisi kelompok Sihanouk, Son San, dan
Khieu Sampan. Koalisi itu membentuk pemerintahan baru di Kampuchea dengan nama
Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea pada tanggal 22 Juni 1982.
Negara-negara anggota ASEAN dan PBB yang sebagian besar anti komunis tentu saja
banyak yang memberi dukungan pada Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea. Hal
itu merupakan salah satu cara untuk menghambat laju perkembangan komunis di
dunia. Salah satu bentuk dukungan pada pemerintahan anti komunis di Kampuchea
adalah mengakui hanya Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea yang berhak
memerintah Kampuchea dan menjadi wakil sah di PBB.
Upaya
awal penyelesaian masalah Kamboja adalah dibentuknya Jakarta Informal Meeting
(JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta tahun 1988.
Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas sebagai
penengah di antara pihak-pihak yang bertikai yaitu keempat faksi, kedua
tetangga Indochina dan enam negara ASEAN bertemu untuk mendiskusikan
elemen-elemen mekanisme penyelesaian awal. Sekalipun pembicaraan antar faksi
berjalan cukup alot karena masing-masing bersikeras mempertahankan posisinya,
namun hasil dari pertemuan ini dinilai cukup efektif untuk menyepakati persepsi
dan kesepahaman bersama sehingga beberapa rekomendasi dapat dilahirkan dengan
penekanan pada pemisahan dua isu yaitu berkaitan dengan invasi Vietnam, Vietnam
untuk menarik mundur pasukannya dari Kamboja sebagai itikad baik penyelesaian
konflik, kesepahaman mengenai pentingnya pencegahan berkuasanya kembali rezim
Pol Pot yang telah mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Kamboja, pembentukan
kelompok kerja guna membahas elemen-elemen dasar dari konflik itu sendiri dan
menyusun usulan-usulan sebegai bahan masukan bagi pertemuan selanjutnya.
Dalam
rangka menindaklanjuti JIM I, pada tanggal 16-18 Februari 1989 digelar JIM II
yang turut dihadiri oleh negara-negara peserta JIM I. Pada pertemuan ini dapat
disepakati berbagai kemajuan yang bersifat teknis sebagai tindak lanjut dan
penyeragaman persepsi dari hasil pertemuan pertama. Beberapa hasil yang
menonjol di antaranya adalah penarikan seluruh pasukan Vietnam yang harus
segera dilakukan dengan batas waktu 30 September 1989 sebagai bagian dari
kerangka penyelesaian politik yang menyeluruh. Kemudian dibahas pula mengenai
himbauan penghentian keterlibatan pihak asing termasuk dukungan militer dan
persenjataan terhadap masing-masing pihak yang bertikai di Kamboja.
Diadakan
Konferensi Internasional Kamboja di Paris pada tanggal 23 Oktober 1991. Dan
penandatanganan perjanjian perdamaian Kamboja yang isinya:
1. PBB
membentuk UNTAC (United Nation Transitional Authority in Cambodia). UNTAC
bertugas di antaranya melucuti senjata, membantu pemerintahan dan
mengorganisasikan pemilu
2.
Pengambilan keputusan oleh SNC
dibawah Sihanouk
3.
Administrasi dibawah control PBB
4.
Senjata dan kekuatan asing harus
segera meninggalkan kamboja
5.
Demobilisasi tentara 70 persen
sebelum pemilu
6.
Mendidik para pemilu dan mengurus
aspek pemilu
7.
Menghormati hak-hak asasi manusia
8.
Pengungsi Kamboja punya hak untuk
kembali
9.
Penandatanganan perjanjian oleh 18
negara
c. Pembentukan SEATO
Southeast
Asia Treaty Organization (SEATO) adalah sebuah organisasi internasional untuk
pertahanan kolektif yang ditandatangani pada 8 September 1954. Lembaga formal
didirikan SEATO pada pertemuan mitra perjanjian di Bangkok pada Februari 1955.
Hal itu terutama dibuat untuk memblokir lebih lanjut komunis keuntungan di Asia
Tenggara.. Markas organisasi terletak di Bangkok, Thailand. SEATO dibubarkan
pada tanggal 30 Juni 1977.
Sejak
tahun 1950-an, Politik bebas aktif Indonesia bukan sikap melawan AS, tetapi
oleh AS dinilai kurang tegas dalam memihak blok Barat melawan blok komunis. AS
membentuk Organisasi Pakta Pertahanan Asia Tenggara (Southeast Asia Treaty
Organization atau SEATO) untuk menghimpun kekuatan Asia Tenggara di bawah
pimpinan AS dan Inggeris untuk melawan blok komunis, tetapi Indonesia tidak
ikut serta di dalamnya. Indonesia dengan Dasar Negara Pancasila tidak setuju
dengan paham komunis dan akan selalu menjaga agar paham komunis tidak menguasai
Indonesia. Akan tetapi Indonesia tidak mau memihak blok Barat karena mempunyai
sikap politik bebas aktif. Demikian pula sekarang, Indonesia melawan terrorisme
dari mana pun datangnya, tetapi tidak berarti Indonesia harus dalam segala hal
memihak AS. Sikap demikian ini tidak dikehendaki AS sejak dulu.
Anggota
SEATO
1.
Australia Australia
2.
Bangladesh (as East Pakistan )
Bangladesh (sebagai Pakistan Timur)
3.
rance Perancis
4.
New Zealand Selandia Baru
5.
Pakistan Pakistan
6.
Philippines Filipina
7.
Thailand Thailand
8.
United Kingdom Kerajaan Inggris
9.
United States Amerika Serikat
SEATO
merupakan aliansi militer pimpinan AS didirakan tahun 1954 untuk membantu
perlawanan terhadap ekspansi komunis di Asia Tenggara. SEATO merupakan
keseimbangan tradisional dari pendekatan kekuasaan via aliansi eksternal untuk
keamanan regional. Sejak Malaysia dan Singapura dikolonisasi oleh Inggris,
mereka bukan lagi anggota SEATO. Indonesia juga menolak masuk sebagai anggota
SEATO. Negara-negara baru ini memiliki pandangan bahwa masalah regional
semestinya diselesaikan oleh badan lokal.
Pembentukan
SEATO merupakan tanggapan terhadap permintaan bahwa daerah Asia Tenggara
dilindungi terhadap ekspansionisme komunis, terutama karena diwujudkan melalui
agresi militer di Korea dan Indocina dan melalui subversi didukung oleh pasukan
bersenjata yang terorganisir di Malaysia dan Filipina. Vietnam, Kamboja, dan
Laos (negara penerus dari Indocina) tidak dipertimbangkan untuk keanggotaan
dalam SEATO untuk alasan yang berhubungan dengan perjanjian Jenewa tahun 1954
di Vietnam. Negara-negara yang, bagaimanapun, diberikan perlindungan militer
oleh protokol. Negara-negara lain dari Asia Selatan dan Tenggara lebih suka
mempertahankan mereka kebijakan luar negeri dari nonalignment. Perjanjian
itu ditetapkan tujuan sebagai ketentuan hanya dan termasuk defensif untuk
membantu diri sendiri dan saling membantu dalam mencegah dan melawan kegiatan
subversif dari luar dan kerjasama dalam mempromosikan kemajuan ekonomi dan
sosial. SEATO tidak memiliki kekuatan berdiri tetapi mengandalkan kekuatan
mencolok mobile dari negara-negara anggotanya, yang terlibat dalam latihan
militer gaungan. Pada 30 Juni 1977, SEATO dibubarkan setelah terjadinya
perubahan besar di kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terkait dengan
kekalahan Amerika dalam Perang Vietnam.
d. Pembentukan ASEAN
Sejak
tahun 1945 itu, berkembanglah berbagai ikrar kerja sama regional di hampir
seluruh kawasan dunia yang penting seperti di Eropa, Timur Tengah, Asia, Afrika
dan Amerika Latin. Salah satu asumsi pokok kerja sama regional adalah bahwa
kedekatan geografis akan memudahkan upaya-upaya saling memahami di antara
negara-negara yang bertetangga sehingga masalah-masalah yang mungkin dapat
menjurus kepada pertikaian berlanjut dapat diatasi dengan segera atas dasar
hidup berdampingan secara damai (Luhulima, 1986:6). Pada awalnya pendirian ASEAN
tidak mencantumkan kerjasama dalam bidang politik tetapi dalam perkembangan
berikutnya, perserikatan itu membawa arah kerjasama dalam bidang-bidang yang
akam memiliki dampak politik atau akan mengarah kepada solidarista politik
(Sardiman, 1983:79).
ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa
Asia Tenggara, adalah organisasi regional yang dibentuk oleh kelima negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Muangthai dengan
penandatanganan Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar
Negeri negara-negara tersebut pada tanggal; 8 Agustus 1967 di Bangkok (Alfian
dkk., 1986:1).
Dalam Deklarasi Bangkok dinyatakan bahwa ASEAN
didirikan dengan tujuan untuk meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi usaha
kerjasama regional dalam usaha mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial
dan pengembangan kebudayaan. Peranan lain yang dimainkan oleh ASEAN menanggapi
berkecamuknya Perang Indocina di Vietnam, diajukanlah proposal pertama dalam
ASEAN mengenai pembentukan ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom, and
Neutrality). ZOPFAN ini bersifat sukarela dan tidak memaksa.
Negara-negara ASEAN sendiri yang kemudian harus menentukan apa tindakannya
terhadap ZOPFAN tersebut. Perang Indocina sendiri merupakan perang yang
kebanyakan terjadi di wilayah Vietnam. Tidak tanggung-tanggung, perang ini
terjadi sebanyak tiga kali; Perang Indocina pertama, yakni Perang
Vietnam-Perancis pada 1946-1954; Perang Indocina kedua, atau Perang Vietnam
pada 1957 sampai 1975; terkahir Perang Indocina ketiga atau yang disebut juga
sebagai Perang Sino-Vietnam yang pada 1979.
3.Dampak Perang Vietnam terhadap
Kawasan Asia Tenggara
Dampak yang nyata dengan akibat perang Vietnam adalah
jumlah korban yang terlibat dalam perang tidak terhitung jumlahnya secara
pasti. Serta Perang Vietnam ini juga mengakibatkan berkembangnya ideologi
komunisme di berbagai negara di kawasan Indocina, seperti Kamboja dan Laos.
Penyebaran ideologi komunisme di Asia Tenggara ini
didalangi oleh adanya sebuah lembaga di Uni Soviet yang bernama Communist
International (Comintern). Pola kaderisasi badan ini adalah dengan menjaring
para tokoh negara atau pemuda-pemuda yang cerdas untuk dididik menjadi
agen-agen penyebar ajaran komunis. Di Indonesia, salah satu tokoh yang pernah
mengenyam pendidikan di Comintern adalah Dipo Nusantara Aidit. Di Vietnam,
salah satu tokohnya adalah Ho Chi Minh. Di Laos, paham komunisme diterapkan
oleh Pathet Lao, yaitu sebuah organisasi yang terbentuk dari proses konsolidasi
militer dan perseteruan politik dalam negeri Laos. Pathet Lao menjadi rezim
penguasa Laos yang berhaluan komunis. Di Kamboja, pengaruh komunisme disebarkan
oleh rezim otoriter bernama Khmer Merah. Selanjutnya, tahun 1977, terjadi
pertikaian antara Kamboja dan Vietnam. Kamboja mendapatkan dukungan dari Cina,
sedangkan Vietnam mendapatkan dukungan dari Uni Soviet. Puncak dari pertikaian
itu adalah usaha invasi Vietnam atas Kamboja pada tahun 1979, yang berlanjut
pada penyerangan Vietnam oleh Cina.
ASEAN yang berdiri seiring dengan memanasnya perang
Vietnam, tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap penyelesaian konflik
tersebut. Tetapi begitu perundingan paris dilanggar oleh Vietnam utara ASEAN
mulai menunjukkan kekuatannya. Dan ketika Vietnam mulai menginvasi kamboja
ASEAN mencoba melakukan pembicaraan dengan Vietnam, dimana nantinya dapat
dicapai dua sasaran yakni :
1. meyakinkan Vietnam
bahwa kalau ingin berkembang secara ekonomi dia tidak boleh semata
mata bergantung pada Uni Soviet dan COMECON dan untuk memperoleh bantuan dari
masyarakat internasional dia harus mengambil suatu sikap kerjasama
yang sungguh sungguh terhadap ASEAN.
2. meyakinkan
Vietnam bahwa dia harus menemukan suatu penyelesaian politik yang
dapat diterima oleh pihak Kamboja karena secara militer saja tidak akan
dapat memecahkan masalahnya.
4.
Hubungan Perang Vietnam dengan Perkembangan Politik di Asia Tenggara
Vietnam adalah salah satu negara di
Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia Tenggara. Vietnam mempunyai
sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan Perang Dingin yang terjadi
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat perebutan pengaruh dan perluasan
ideologi dari dua Negara adidaya itu menyebabkan terjadinya perang saudara di
wilayah Vietnam. Perang antara rezim Republik Vietnam Selatan yang didukung
oleh Amerika Serikat dan rezim Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang
bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Vietnam Selatan, termasuk pasukan Viet
Cong yang didukung Uni Soviet dan RRC disebut Perang Vietnam. Perang saudara
itu berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1975.
a. Vietnam
sebelum Perang Dunia II
Negara
Eropa yang pertama mendarat di Vietnam adalah Prancis. Kedatangan Prancis di
Vietnam terjadi pada sekitar akhir abad ke-18. Seperti penjelajah samudra dari
negara Eropa lainnya, Prancis kemudian melakukan kolonisasi di Vietnam. Wilayah
Vietnam yang luas dibagi menjadi tiga daerah protektorat, seperti Tonkin di
utara, Annam di tengah, dan Koncincina di selatan. Pada tahun 1887 ketiga
protektorat tersebut disatukan dengan protektorat Kampuchea yang dibentuk pada
tahun 1875. Kesatuan protektorat itu disebut Uni Indocina. Semangat cinta tanah
air dan kebangsaan di Vietnam mulai bangkit setelah Perang Dunia I berakhir.
Para nasionalis Vietnam bangkit dan bersatu dalam Partai Nasional Vietnam.
Pemberontakan
pertama pada masa kolonial Prancis di Vietnam terjadi pada tahun 1930. Para
pemberontak melancarkan aksinya di Tonkin. Namun, upaya pemberontakan ini
mengalami kegagalan. Pemerintah kolonial Prancis masih terlalu tangguh untuk
dikalahkan. Akibat pemberontakan, banyak pemimpin Partai Nasional Vietnam yang
ditawan dan dihukum mati. Sementara itu, anggota yang tidak tertangkap menyebar
untuk menyelamatkan diri. Akibat kevakuman aktivitas Partai Nasional Vietnam,
di kalangan masyarakat Vietnam muncul wadah baru, yaitu Partai Komunis
Indocina.
Pada
tahun 1940 Jepang menjadi penguasa baru di Vietnam. Prancis tidak mampu
mempertahankan wilayah Vietnam karena negaranya sendiri di Eropa telah dikuasai
oleh Jerman. Jadi, Prancis lebih memusatkan kekuatannya untuk membebaskan
negerinya.
Partai
Komunis Vietnam yang berkembang pada masa kolonial Prancis ternyata sangat
membenci Jepang. Oleh karena itu, Partai Komunis Vietnam berusaha membentuk
suatu wadah perjuangan bersama dengan kelompok nasionalis di Vietnam dengan
nama Viet Minh atau Liga Vietnam Merdeka. Organisasi Viet Minh merupakan hasil
kongres yang diselenggarakan kaum komunis pada tanggal 19 Mei 1941 di Chiangsi,
Provinsi Kwangsi. Pada awal pembentukannya Viet Minh bersama Viet Nam Doc Lap
Dong Minh. Tujuannya adalah melenyapkan dominasi Prancis dan kekuasaan Jepang.
Pemimpin organisasi Viet Minh adalah Ho Chi Minh. Rakyat Vietnam lebih
mengenalnya sebagai Bapak Nasionalisme Vietnam daripada tokoh komunis. Posisi
Jepang dalam Perang Asia Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II mulai
terdesak. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu.
Kondisi demikian itu menyebabkan kedudukan Viet Minh di Vietnam makin kuat. Bao
Dai, penguasa Vietnam yang merupakan boneka Jepang menyerahkan kekuasaannya
pada Ho Chi Minh pada tanggal 25 Agustus 1945. Melihat situasi yang sangat
menguntungkan bagi Viet Minh maka pada tanggal 25 September 1945 Ho Chi Minh
memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam.
Pusat pemerintahannya di Hanoi. Namun, Viet Minh tidak berhasil di selatan.
b. Vietnam
setelah Perang Dunia II
Perang
Dunia II dimenangkan oleh kelompok Sekutu. Prancis yang tergabung dalam
kelompok Sekutu bermaksud kembali melakukan kolonisasi di Vietnam. Niat Prancis
mendapat dukungan penuh dari Inggris. Keinginan Prancis untuk berkuasa kembali
di Vietnam tentu saja mendapat perlawanan dari Viet Minh. Akibatnya, Vietnam
mulai tahun 1946 bergejolak lagi dengan berbagai pertempuran antara Viet Minh
dan Prancis yang dibantu Inggris. Agar berhasil menguasai Vietnam, Prancis
menjalankan politik memecah belah dan adu domba. Bao Dai mantan boneka Jepang
dilantik Prancis menjadi penguasa Vietnam pada tahun 1949. Bao Dai menjadi
penguasa asosiasi Vietnam Selatan yang otonom. Pada tahun 1950 Amerika Serikat
sebagai pimpinan Sekutu dan negara adidaya baru dunia mulai terlibat dalam
masalah Vietnam. Oleh karena merasa Prancis adalah sekutunya, Amerika Serikat
memutuskan untuk memberi bantuan. Bantuan Amerika Serikat tersebut berupa paket
ekonomi dan militer yang diberikan langsung kepada pemerintah baru Vietnam
bentukan Prancis. Tujuannya agar bantuan itu dapat dipakai untuk memerangi Viet
Minh yang komunis. Dengan demikian, apabila komunis di Vietnam dapat dihabisi,
kekuatan liberal kapitalislah yang akan berkuasa. Itu berarti pengaruh Amerika Serikat
terhadap kawasan Asia Tenggara makin meluas. Sementara itu, Viet Minh pada
tahun 1949 mulai bangkit kekuatannya. Hal itu disebabkan Viet Minh mendapat
bantuan persenjataan dari Cina. Dukungan juga didapatkan dari negara Uni Soviet
sebagai sesama Negara komunis. Viet Minh karena merasa telah kuat, kembali
melancarkan serangan pada pertahanan Prancis. Wilayah luar kota berhasil
dikuasai tentara Viet Minh. Sementara itu, Prancis hanya mampu bertahan di
kota-kota. Keadaan seperti itu tentu saja sangat membahayakan Prancis pada
khususnya dan kepentingan Blok Barat, pada umumnya.
Merasa
kepentingannya terancam, Blok Barat menuntut segera diadakan gencatan senjata
dan perundingan. Viet Minh sebenarnya menolak perintah tersebut karena
selangkah lagi mereka akan menyatukan Vietnam. Namun, akibat didesak Cina dan
Uni Soviet yang merupakan negara pendukungnya, Viet Minh memenuhi tuntutan itu.
Pada bulan Februari 1954, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet
mengadakan pertemuan di Berlin, Jerman. Pertemuan itu membahas tentang
penyelesaian masalah Perang Korea dan Perang Vietnam. Sebagai realisasinya,
akan diselenggarakan Konferensi Jenewa. Pada tanggal 20 Juli 1954 Konferensi
Jenewa membuat keputusan, antara lain:
·
mengakui kemerdekaan negara
Kampuchea, Laos, dan Vietnam;
·
menyetujui bahwa wilayah Vietnam
terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan;
·
akan segera diadakan pemilu pada
bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam, di bawah pengawasan Komisi Pengawas
Internasional.
Perjanjian
Jenewa ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah Vietnam. Perjanjian Jenewa
justru mengesahkan Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Wilayah Vietnam Utara bernama Republik Demokrasi Vietnam dan wilayah Vietnam
Selatan bernama Republik Vietnam. Kedua negara itu mempunyai ideologi dan
perilaku yang berbeda. Vietnam Utara berideologikan sosialis komunis, sedangkan
Vietnam Selatan berideologikan liberal kapitalis. Sekali lagi tragedi
kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi akibat pembagian wilayah.
Sanak saudara menjadi terpisah dan tercerai berai karena pembentukan negara
itu. Kekuatan dua negara adidaya berperan besar dalam memecah belah Vietnam.
Keputusan
Perjanjian Jenewa ditolak mentah-mentah oleh Ho Chi Minh yang ingin melihat
Vietnam bersatu. Akibatnya, keadaan di Vietnam menjadi memanas kembali.
Pertentangan ideologi dan campur tangan asing tidak terbendung kembali di
Vietnam dan dampaknya dirasakan oleh negara-negara tetangganya pula.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Vietnam
adalah salah satu negara di Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia
Tenggara. Vietnam mempunyai sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan
Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat
perebutan pengaruh dan perluasan ideologi dari dua Negara adidaya itu
menyebabkan terjadinya perang saudara di wilayah Vietnam. Perang antara rezim
Republik Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat dan rezim Republik
Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang bergabung dengan Pemerintah Revolusioner
Vietnam Selatan, termasuk pasukan Viet Cong yang didukung Uni Soviet dan RRC
disebut Perang Vietnam. Perang saudara itu berlangsung cukup lama, yaitu sejak
tahun 1950 sampai dengan tahun 1975.
B.
Saran
Pembaca dapat mengkritik serta mengajukan saran akan makalah
ini, baik kelebihan maupun kekurangannya agar menjadi perbaikan demi makalah
kami ke depannya
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gurusejarah.com/2015/01/hubungan-perang-vietnam-dengan.html
izin copas kak,
BalasHapusdisertakan sumber
Thank you :)
Iya, sama-sama. Terima Kasih:)
Hapus