Makalah Kisah dalam Al Qur'an
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kisah–kisah dalam Al-Qur’an
memiliki sisi urgensi yang sangat besar. Ia adalah unsur
terpenting dari proses pendidikan dan informasi. Dengan kisah-kisah itu, dakwah
mampu menembus relung hati yang dalam dari pendengarnya, objek dakwah. Dakwah
Islam juga bisa ditampilkan melalui media kisah, sehingga
tujuan-tujuannya sebagai tugas agama bisa tercapai. Kisah merupakan
sarana yang sangat ampuh dalam proses pendidikan. Oleh karenanya, kisah adalah
variabel penting yang ditampilkan Al-Qur’an, dan untuk itu, kisah-kisah di
dalamnya sangat mendominasi mayoritas surah yang ada dalam Al-Qur’an. Karena
itu, merupakan sebuah tuntutan bagi kita, Kaum Muslimin yang
menjadikan Al-Qur’an sebagai pembimbing utama dalam hidup, untuk memahami
kisah-kisah yang ada di dalamnya dan memahami hikmah yang ada dibaliknya. Hal
ini agar kita bisa mengambil pelajaran dan tuntunan darinya.
RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan kisah
dalam Al Qur’an?
b. Apa saja macam-macam kisah
dalam Al Qur’an?
c. Apa tujuan dan manfaat kisah
dalam Al Qur’an?
TUJUAN
a.
Mengetahui pengertian kisah dalam Al Qur’an
b.
Mengetahui macam-macam kisah dalam Al Qur’an
c.
Mengetahui tujuan dan manfaat kisah dalam Al Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kisah
Lafal “kisah” berasal dari
bahasa Arab qishshat jamaknya qishash yang
menurut Muhammad Ismail Ibrahim, berarti “Hikayat [dalam bentuk]
prosa yang panjang”. Sedangkan Manna al-Qaththan berkata, “Kisah
ialah menelusuri jejak”. Seperti tersebut dalam ayat 64 dari al-Kahfi:
“فارتداعلى آثارهما قصصا” (Maka keduanya
kembali [lagi] menelusuri jejak mereka), dan dalam ayat 11 dari
al-Qashash “وقالت لأخته قصيه” (Dan ibu
Nabi Musa berkata kepada kakak perempuannya (Musa), “Ikuti adikmu [yang ada
dalam kotak itu, sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya]”).
Walaupun pada lahirnya kedua
pengertian itu tempak sedikit berbeda, namun pada hakikatnya tidak berbeda
secara tajam karena yang pertama melihatnya dari sudut gaya bahasa yang dipakai
dalam kisah, sementara yang kedua melihatnya dari segi cara yang ditempuh dalam
berkisah.
Adapun dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti
berita-berita mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut
sedangkan qashash adalah akar kata (mashdar)
dari qashsha yaqushshu, secara lughowi konotasinya tak jauh berbeda
dari yang disebutkan di atas, yang dipahami sebagai “Cerita yang
ditelusuri”
Dari pengertian itu dan setelah
memerhatikan kisah-kisah yang diungkapkan oleh Al-qur’an, maka kita dapat
menerima pengertian yang dikemukakan oleh Manna’ al-Qaththan bahwa yang
dimaksud dengan kisah Al-qur’an ialah “Informasi Al-qur’an tentang
umat-umat yang silam, para Nabi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi”.
Berdasarkan pengertian itu,
maka kita dapat berkata, bahwa kisah-kisah yang dimuat dalam Al-qur’an semuanya
cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi
dongeng. Semua ayat itu menegaskan secara pasti bahwa semua kisah didalam Al-qur’an
adalah benar, tak ada yang bohong atau fiksi dan sebagainya. Namun ada yang
sudah terbukti kebenarannya berdasarkan penyelidikan ilmiah, dan masih banyak
yang belum ditemukan buktinya. Hal itu antara lain disebabkan, terutama oleh
sangat terbatasnya pengetahuan manusia. Di antara yang sudah ditemukan, ialah
jasad Fir’aun yang tenggelam di laut Merah ketika mengejar Nabi Musa AS.bersama
kaumnya.
B. Macam-macam
Kisah dalam Al Qur’an
1. Kisah-kisah
para Nabi dan Rasul terdahulu
Tentunya
kita semua tahu bahwa tidaksemua Nabi dan Rasul itu disebutkan kisahnya di
dalam Al Qur’an, Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an hanyalah 25
orang, dimulai dari Nabi Adam As sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian
dari 25 orang ini, secara garis besar dilihat dari sisi panjang atau singkatnya
kisahnya, dapat dijadikan menjadi tiga kelompok :
a. Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar,kisah
yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf,
Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman, serta Isa ‘alaihimu al-salam.
Namun diantara yang lainnya, kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang paling panjang,
karena diceritakan dengan lengkap, mulai dari masa kecilnya sampai menjadi
penguasa di mesir dan dapat berkumpul dengan Bapak dan Saudara-saudaranya.
b. Kisah yang disebutkan dengan sedang, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Hud,
Luth, Shaleh, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu
al-salam.
c. Kisah yang disebutkan dengan sekilas,kisah
yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Idris, Ilyasa’ dan Ilyas.
Sedangkan
kisah dari Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan kedalam bagian yang pertama
(diceritakan secarapanjang lebar), Karena diceritakan kisah Nabi Muhammad SAW
beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman beliau, seperti peristiwa yang yang
dialami beliau waktu kecil, permulaan dakwah, hijrah, dan beberapa perang yang
dialami serta beberapa gambaran kehidupan keluarga beliau.
2. Kisah
ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-peristiwa masa lalu
Tokoh
yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam Al Qur’an adalah dua orang putra
Nabi Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al Qur’an menceritakan kisah ketika
Qabil membunuh saudaranya sendiri Karena akibat dari sifat dengkinya. Inilah
pembunuhan pertama yang terjadi dalam sejarah umat islam. Dan masih banyak lagi
kisah-kisah seorang tokoh yang diceritakan dalam Al Qur’an, sebagian dari kisah
ini antara lain :
a. Kisah Qarun yang
hidup pada zaman Nabi Musa As
b. Kisah
peperangan antara Jalut dan Thalut
c. Kisah
tentang Ashabul Kahfi
d. Kisah
Raja Dzul Qarnain
e. Kisah
kaum Ashabul Ukhdud
f. Kisah Maryam yang
diasuh oleh Nabi Zakariya
Dan
beberapa kisah lain yang tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.
3. Kisah-kisah
yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW
Beberapa kisah yang terjadi pada
masa Nabi Muhammad juga disebutkan dalam Al Qur’an, salah satunya yaitu
ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah melakukan penyerbuan ke Makkah yang
bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, yang dipimpin oleh Raja Abrahah.
Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad waktu kecil dengan statusnya sebagai anak
yatim yang miskin dan belum mendapat bimbingan wahyu, dengan bahasa yang
singkat dan puitis.
Dan juga peristiwa setelah beliau
diangat menjadi Rasul, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, hijrah, perang badar,
perang uhud, perang azhab atau perang khandaq, dan perang humain, juga
kisah-kisah seputar fathu makkah dan peristiwa lainnya yang juga tidak bisa
disebutkan oleh penulis secara lengkap.
C. Tujuan
dan Manfaat Kisah dalam Al Qur’an
Dari
beberapa literatur, dapat disimpulkan bahwa kisah-kisah Alquran bertujuan
untuk:
1. Menjelaskan prinsip-prinsip
dakwah dan pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi.
2. Menguatkan hati nabi Muhammad dan
memperkuat keyakinan kaum mukminin.
3. Mengabadikan jejak para nabi
terdahulu.
4. Membuktikan kebenaran informasi
yang berasal dari nabi Muhammad.
5. Menarik minat pembaca.
6. Menjelaskan tentang kerasulan
kepada ummat.
7. meringankan beban jiwa nabi
Muhammad dan para pengikutnya.
8. Menumbuhkan kepercayaan diri dan
ketentraman.
9. Membuktikan kerasulan Muhammad
saw dan mu’jizatnya.
Sehingga kisah-kisah Al-Qur`an
mengandung banyak manfaat dan faedah bagi manusia, di antaranya:
1. Menjelaskan landasan dasar (asas) dakwah mengajak manusia
kepada Allah, menerangkan tentang pokok-pokok (ushul) syariat yang dibawa
masing-masing Nabi yang diutus Allah. Firman Allah :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.”
(Al-Anbiya`: 25)
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat beliau di atas ajaran Allah , mengokohkan
ketsiqahan (kepercayaan) kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya
serta terhinanya kebatilan dan para pembelanya. Allah berfirman:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan
dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
3. Membenarkan para nabi sebelumnya,
menghidupkan nama serta melestarikan jejak mereka.
4. Menonjolkan kebenaran/kejujuran Nabi
Muhammad dan dalam dakwahnya melalui berita yang beliau sampaikan tentang
keadaan masa lalu seiring perjalanan masa dan generasi.
5. Sebagai
Upaya Mengoreksi Pendapat Ahli Kitab. Pernyataan dan
keyakinan ahli kitab pada masa Rasulullah saw. banyak yang sudah bertolak belakang
dengan realias sebelumnya yang terjadi ppada masa nabi Musa as dan nabi Isa as.
karena itu, kisah-kisah yang menceritakan Bani Israil ataupun ahli kitab
dalam al-Qur’an dapat menjadi koreksi bagi kesalahan mereka, sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an:
“Semua makanan adalah halal bagi
Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh
Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah:
‘(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka
bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar’.” (Ali
‘Imran: 93)
6. Menjadi Sarana Menanamkan Pendidikan Akhlak
Mulia
Meskipun
berupa suatu kisah, ayat al-Qur’an memiliki misi untuk menanamkan akhlak yang
mualia bagi para pembacanya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 111:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Yusuf:
111)
7. Menjelaskan hikmah Allah berkaitan dengan
hal-hal yang terkandung dalam kisah itu, sebagaimana firman Allah :
“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran), itulah suatu
hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi
mereka).” (Al-Qamar: 4-5)
8. Menerangkan keadilan Allah dengan adanya
hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan, sebagaimana firman
Allah :
“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun
kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu adzab
Rabbmu datang.” (Hud: 101)
9. Menerangkan karunia Allah dengan
menyebutkan pahala yang dilimpahkan kepada orang yang beriman, sebagaimana
firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada
mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka). Kecuali keluarga
Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat
dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(Al-Qamar: 34-35)
10. Sebagai hiburan bagi Nabi dan atas
gangguan yang dilancarkan orang-orang yang mendustakan beliau, sebagaimana firman Allah :
“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka
sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan
(rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa
mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.
Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya)
akibat kemurkaan-Ku.” (Fathir: 25-26)
11. Membangkitkan rasa antusias kaum
mukminin terhadap keimanan dengan
mendorong mereka agar teguh di atasnya serta meningkatkannya ketika mengetahui
keberhasilan orang-orang beriman terdahulu serta kemenangan mereka yang
diperintah berjihad. Sebagaimana firman Allah :
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang
yang beriman.” (Al-Anbiya`: 88)
12. Men-tahdzir (peringatan) orang-orang
kafir agar tidak terus-menerus tenggelam dalam kekafirannya, sebagaimana firman Allah :
“Maka apakah mereka tidak mengadakan
perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan
orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka
dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (Muhammad:
10)
13. Mengakui keberadaan risalah Nabi
Muhammad , karena berita-berita
tentang umat-umat sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali Allah , sebagaimana
firman Allah:
“Itu adalah di antara berita-berita penting
tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu
mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (Hud: 49) Dan firman-Nya:
“Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad,
Tsamud, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain
Allah.” (Ibrahim: 9)
14. Penjelasan tentang sunnatullah pada
makhluk-Nya, baik secara individu,
maupun kelompok. Sunnah itu berlaku pada orang-orang terdahulu dan yang datang
kemudian, agar dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang beriman. Oleh sebab
itulah, kisah-kisah Qur`ani ini bukan semata-mata memaparkan sejarah umat manusia
atau sosok tertentu. Tapi yang diuraikan adalah hal-hal yang memang dapat
dijadikan pelajaran, nasihat, dan peringatan. Allah l berfirman:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan
dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120) Wallahu a’lam.
D. Perbedaan
Kisah dalam Al Qur’an dengan Buku Sejarah
Al-Qur’an yang memuat kisah tersebut
tidak dapat disimpulkan sebagai kitab sejarah dalam pengertian yang dipahami
oleh para sejarawan. Kesimpulan ini didasarkan atas beberapa perbedaan dalam
pemaparan kisah dalam Al-Qur’an dengan apa yang dipaparkan oleh para sejarawan,
di antaranya adalah:
- Al-Qur’an terkadang mengesampingkan unsur-unsur penting
sebuah peristiwa sejarah, maka sering tidak
ditemukan dalam pemaparan kisah-kisah Al-Qur’an tentang waktu, tempat dan
nama pelaku peristiwa. Bahkan tidak ditemukan satu pun dalam kisah
Al-Qur’an waktu kejadian peristiwa tersebut secara pasti. Adapun tempat
kejadian, dalam kisah tertentu diterangkan dengan jelas.
- Al-Qur’an sering menonjolkan beberapa potong saja dari
suatu peristiwa dan tidak menceritakannya dengan tuntas. Misalnya
ketika menceritakan suatu kejadian yang menimpa orang-orang tertentu atau
kaum tertentu hanya diceritakan bagian tertentu saja yang dinilai dapat
berfungsi sebagai mediator penyampaian pesan khusus yang menjadi tujuan
utama diceritakannya kisah tersebut. Atas dasar itulah maka Al-Qur’an juga
sering menceritakan lebih dari satu kisah yang bertujuan sama dalam satu
waktu.
- Al-Qur’an sering menceritakan satu kisah dalam dua versi
pendeskripsian. Di satu tempat kisah-kisah
tersebut disandarkan kepada para pelaku tertentu namun di tempat lain
pelaku-pelaku tersebut diganti dengan pelaku-pelaku baru. Sebagai contoh
dapat dikemukakan dalam kisah Fir’aun bersama para pemuka dan juga tukang
sihirnya seperti yang direkam dalam surah al-A’raf/7: 109: “Pemuka-pemuka
kaum Fir‘aun berkata, “Orang ini benar-benar pesihir yang pandai”, dalam
surah asy-Syu’ara’/26: 34 pelaku tersebut kemudian diganti: “Dia
(Fir‘aun) berkata kepada para pemuka di sekelilingnya, “Sesungguhnya dia
(Musa) ini pasti seorang pesihir yang pandai,”
- Dalam kisah-kisah Al-Qur’an yang diulang sering dijumpai
karakteristik atau kondisi jiwa pelakunya berbeda, padahal masih dalam
kejadian yang sama. Misalnya
ketika Al-Qur’an menggambarkan sikap Allah Swt. kepada nabi Musa ketika
melihat api. Dalam surah an-Naml/27: 8 Allah berfirman: “Maka ketika
dia tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Telah diberkahi
orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang yang berada di
sekitarnya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.”
E. Pertalian Kisah Dengan Hajat Hidup
Manusia
Dari uraian terdahulu kita
mendapat gambaran bahwa kisah dalam Al-qur’an mempunyai multifungsi, selain
berisi pelajaran yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah Tauhid;
dan sekaligus menenteramkan jiwa, serta menetapkan pendirian dalam berjuang;
bahkan dapat pula kisah itu berfungsi sebagai penghibur jiwa dan pelipur lara,
terutama bila berhadapan dengan tantangan yang keras dari umat mereka dan
penolakan mereka. Peristiwa yang sangat mengecewakan serupa itu tak usah
menjadikan kita bersedih hati apalagi berputus asa sebab nabi-nabi di masa
silam juga menghadapi hal serupa, bahkan lebih sadis dan brutal sebagaimana
telah disebutkan di muka. Jadi dengan adanya kisah para nabi itu maka kita
merasa terhibur, karena bila dibandingkan dengan apa yang dihadapi oleh para nabi
di masa silam itu, maka yang kita hadapi masih jauh lebih ringan.
Dari keterangan tersebut tampak
di muka kita bahwa kisah-kisah dalam Al-qur’an betul-betul bertalian dengan
kebutuhan hidup umat manusia di dunia ini. Selain itu, jika kisah yang dikarang
oleh manusia lebih banyak menunjukkan segi hiburan dari pada pelajaran, maka
kisah-kisah dalam Al-qur’an sebaliknya, yakni lebih mengutamakan pelajaran,
pendidikan, dan dakwah daripada tujuan-tujuan yang lain. Berdasarkan kenyataan
yang demikian, maka terasa sekali kisah-kisah tersebut bertalian sangat erat
dengan hajat hidup manusia di muka bumi ini.
F. Kandungan Kisah
Dengan diungkapkan berbagai
kisah yang dilalui oleh umat-umat di zaman lampau serta akibat yang timbul dari
perbuatan dan keingkaran mereka, maka kita yang hidup kemudian dapat mengambil
pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut; sehingga dapat menghindarkan diri
dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan melaksanakan hal-hal yang terpuji
agar apa yang dialami oleh umat yang lalu itu tidak terulang lagi di masa kini.
Kisah-kisah dalam Al-qur’an
diungkapkan dalam rangka mendidik umat tentang bagaimana cara hidup sebagai
khalifah yang diserahi amanah memakmurkan dan membngun kehidupan yang layak
bagi umat manusia di muka bumi ini. Dari itu kisah-kisah tersebut berisi materi
antara lain: Tauhid, Akhlak, dan Mu’amalah.
Ketiga unsur ini amat penting
dalam kehidupan umat. Sebagai contoh, misalnya tertera dalam ayat 85 dari
al-A’raf:
وإلى مدين أخاهم شعيبا قال ياقوم اعبدوا الله مالكم من إله غيره
قدجاءتكم بينة من ربكم فأوفوا الكيل والميزان ولاتبخسوا الناس أشياءهم ولاتفسدوافى
الارض بعد إصلاحها ذلكم خيرلكم إن كنتم مؤمنين.
(Dan [Kami telah mengutus]
kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku!
Sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah
takaran dan timbangan, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi
sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
betul-betul orang yang beriman).
Jelas terlihat dalam kisah itu
ketiga unsur tadi (akidah, ibadah, dan muamalah). Unsur akidah dan ibadah
tampak pada seruan Nabi Syu’aib agar umatnya hanya menyembah Allah semata bukan
yang lain; sementara unsur muamalah terlihat dari peringatannya agar kaumnya
jujur dalam menimbang dan menakar; sedangkan dari segi akhlak mereka dituntut
supaya tidak berbuat binasa di muka bumi.
G. Contoh Kisah
1. Adam As, Manusia pertama diciptakan
Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh umat
manusia. Diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh ke
dalamnya. Semua makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT,
hanya iblislah yang menolak, krn ia merasa dirinya yang diciptakan dari api
lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir
iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis
bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat
nanti, sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir
dari surga. Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis
dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38, Al-A'râf: 11-18, dan Shâd:
73-83. Larangan buah Khuldi
Semula Adam AS tinggal seorang diri di surga, namun kemudian Allah SWT menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT untuk dimakan di dalam surga. Godaan iblis ini berhasil, karena pada akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah menyatakan tobat dan Allah SWT pun sudah menerima tobat mereka, namun mereka berdua harus keluar dari surga, dan diturunkan ke bumi. Kisah pelanggaran terhadap larangan buah khuldi, dan diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surat Al-A'râf: 19-25 dan Thaha: 123. Kisah Anak-anak Adam
Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima. Namun Qabil menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah SWT, dan Allah SWT memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah SWT menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil berhak menentukan pilihannya. Pembunuhan pertama di Bumi
Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah saudaranya tewas, Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu. Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan. Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah Habil. Kisah putra-putri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS Al-Mâ'idah: 27-32.
2. Ismail a.s
Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya, Dengan
kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS,
berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar
memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah
SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan
bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang
kemudian dikenal sebagai Ka'bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat
itu karena harus kembali ke Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan
pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi
istri dan putra yang ditinggalkannya.
Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah
payah mencari air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril,
tiba-tiba di dekat Ismail muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah
yang dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat ini. Ismail yang sudah beranjak remaja sangat
menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena
perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu
disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai
orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan
kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta
ayahnya untuk melaksanakan perintah itu. Pada akhirnya, ketika hal tsb
dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini
selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada
hari Idul Adha. Nabi Ismail AS menikah dengan
seorang anak pendatang baru di kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku
Jurhum. Ia kemudian menjadi penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin
ramai dikunjungi orang. Menurut riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia
137 tahun. Kisah Nabi Ismail AS yang tidak bisa dilepaskan
dari kisah Nabi Ibrahim AS diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar
dalam 5 surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah:
124-129.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Pengertian yang dikemukakan
oleh Manna’ al-Qaththan bahwa yang dimaksud dengan kisah Al-qur’an ialah “Informasi
Al-qur’an tentang umat-umat yang silam, para Nabi, dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi”.
b.
Kisah-kisah para Nabi dan
Rasul terdahulu, Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-peristiwa masa lalu, Kisah-kisah yang terjadi pada
zaman Nabi Muhammad SAW
c. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah
dan pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi, Menguatkan hati nabi Muhammad
dan memperkuat keyakinan kaum mukminin, Mengabadikan jejak para nabi terdahulu,
Membuktikan kebenaran informasi yang berasal dari nabi Muhammad, Menarik minat
pembaca, Menjelaskan tentang kerasulan kepada ummat, meringankan beban jiwa
nabi Muhammad dan para pengikutnya, Menumbuhkan kepercayaan diri dan
ketentraman, Membuktikan kerasulan Muhammad saw dan mu’jizatnya.
d.
Kisah-kisah para Nabi dan
Rasul terdahulu, Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan
peristiwa-peristiwa masa
lalu, Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW
Saran
Jadi kita dapat berkata, bahwa tak disebutkan tempat dan
waktu terjadinya suatu peristiwa, punya tujuan yang lebih besar dan mulia,
yakni mendorong umat untuk melakukan penyelidikan intensif sehingga dapat
membuktikan sendiri kebenaran Al-qur’an. Apabila semua telah dijelaskan oleh
Al-qur’an maka bidang penyelidikan ilmiah, terutama tentang sejarah akan kurang
mendapat perhatian dan motivasi untuk mengetahuinya tidak begitu kuat. Tapi
jika hal itu tak dijelaskan, maka akan memberikan motivasi yang kuat sekali
bagi para ilmuwan yang berminat terhadap sejarah dan kehidupan social lainnya
untuk melakukan penelitian dan penyelidikan imliah.
DAFTAR PUSTAKA
Baidan, Nashruddin. 2004. Wawasan
Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Abdul Wahid, Ramli. 1994.
Ulumul qur’an. Jakarta:Rajawali
Syadali, Ahmad. 1997. Ulumul
qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia
Thamrin, Husni. 1982. Muhimmah
ulumul qur’an. Semarang:Bumi Aksara
Komentar
Posting Komentar