Makalah Teori Biaya Produksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
MASALAH
Di dalam dunia ekonomi modern,
terutama mengenai makna biaya dan produksi, menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan yang tidak bisa dipisahkan layaknya uang keping logam yang
memiliki dua muka yang berbeda namun dalam satu kesatuan.
Seiring dengan berkembangnya ilmu
teknologi, ilmu pengetahuan, dan bertambahnya penduduk, memaksa kebutuhan hidup
terus meningkat. Pada saat ini Kebutuhan hidup tidak bisa diambil langsung dari
alam, akan tetapi harus diolah dahulu dengan cepat, efesien, dan harga
terjangkau. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian orang untuk
memperoleh keuntungan. Akan tetapi, permintaan pasar berubah-ubah
sehingga menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan produksinya, produk
apa yang akan di produksi? Namun dalam melakukan proses produksi suatu
barang, perusahaan seharusnya memperhatikan beberapa hal sebelum melakukan
produksi, salah satunya kekuatan finansial yang mereka miliki, seperti biaya
produksi.
Biaya produksi merupakan proses
mengeluarkan pengorbanan yang biasanya dapat berupa uang atau peralatan, agar
produksi dapat dilaksanakan. Selain biaya produksi, ada biaya-biaya lain yang
harus diperhatikan, seperti biaya admintrasi, biaya keuangan, dan biaya pemasaran.
Selain itu biaya produksi dapat dibagi dua pula berdasarkan jangka yaitu jangka
pendek dan jangka panjang.Dalam kasus perusahaan besar yang memiliki aset yang
cukup banyak, dalam melakukan proses produksi tentu sudah ada perhitungan yang
matang jumlah produk yang harus diproduksi supaya memperoleh keuntungan.Oleh
sebab itu penulis menulis sebuah makalah yang bertajuk “Biaya Produksi
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam tugas
mandiri ini adalah :
1. Bagaimanakah
pengertian teori Biaya Produksi menurut para ahli ?
2. Beberapa
konsep biaya jangka pendek dan jangka panjang ?
3. Berbagai
bentuk kurva jangka pendek dan jangka panjang ?
4. Penjelasan
skala ekonomi dan skala tidak ekonomi ?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
1. Agar
mengetahui definisi biaya produksi dari para ahli.
2. Agar
mengetahui konsep biaya jangka pendek dan jangka panjang.
3. Agar
mengetahui bentuk – bentuk kurva jangka pendek dan jangka panjang.
4. Agar
mengatahui definisi skala ekonomi dan skala tidak ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
TEORI BIAYA PRODUKSI
Ada
beberapa pengertian biaya produksi menurut para ahli yaitu :
Biaya
produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari
suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan di periode mana produk
itu dijual (Abdul
Halim, 1998) .
Biaya
produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu item,
yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung, biaya langsung , dan biaya
overhead pabrik (Amin
Widjaya Tunggal, 1993)
Biaya
produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi,1995)
Biaya
produksi adalah biaya produksi itu sendiri mencakup semua biaya yang terkait
dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk (Garrison, Ray H., Eric
W. Noreen, Peter C. Brewer, 2008)
Dari beberapa pendapat para ahli
intinya tetap sama yaitu :
Biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau
jasa . Atau Biaya Produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan-bahan mentah yag akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang
diproduksikan perusahaan tersebut.
Biaya produksi yang dikeluarkan
setiap perusahaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
1. Biaya eksplisit
Biaya eksplisit adalah
pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan .
2. Biaya tersembunyi
Biaya tersembunyi adalah taksiran
pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu
sendiri. Pengeluaran yang tergolong dengan biaya tersembunyi antara lain adalah
Pembayaran untuk keahlian perusahaan produsen tersebut, modalnya sendiri yang
digunakan dalam perusahaan, dan bangunan perusahaan yang dimilikinya.
3. Biaya Langsung dan
Biaya Tidak Langsung
Biaya Langsung adalah biaya yang
dapat dihitung untuk tiap unit output yang dihasilkan. yang termasuk biaya
langsung adalah biaya untuk pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja yang langsung
menganai produksi.
4. Biaya
Kesempatan(oppotunity cost) dan Biaya Historis
Biaya kesempatan adalah niai dari
sumber-sumber ekonomi dalam penggunaan alternatif yang paling baik. Misalnya
dalam pembuatan secara alternatif yaitu kayu . Kayu dapat digunakan untuk
menghasilkan sesuatu barang maka ada kesempatan yang hilang untuk menghasilkan
barang lain dengan kayu tersebut.
5. Nilai kesempatan yang
hilang ini merupakan biaya kesempatan.
Biaya historis adalah biaya yang
dikeluarkan perusahaan waktu membeli faktor produksi.
6. Biaya Incremental
Adalah biaya yang timbul sebagai
akibat keputusan yang telah dibuat.
7. Biaya Relevan
Adalah biaya yang akan dibebankan
bila suatu keputusan telat dilakukan.
2.2 FUNGSI BIAYA
JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Analisis mengenai biaya produksi
perusahaan perlu dibedakan kepada dua jangka waktu: jangka pendek dan jangka
panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan dapat menambah
salah satu factor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan
perkataan lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari factor-faktor
produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya. Sedangkan jangka panjang
adalah jangka waktu dimana semua factor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu
jumlahnya dapat ditambah apabila pertambahan itu diperlukan.
Biaya produksi, menurut Sadono
Sukirno didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh factor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang-barang yang akan diproduksikan perusahaan tersebut.
(Sadono Sukirno 2008:208). Biaya produksi yang dikeuarkan perusahaan dapat
dibedakan menjadi dua jenis: biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (imputed
cost). Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa
pembayaran dengan uang untuk mendapatkan factor-faktor produksi dan bahan
mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya produksi adalah taksiran pengeluaran
terhadap factor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Menurut Karl E. Case & Ray C.
Fair dalam jangka pendek, semua perusahaan (kompetitif maupun nonkompetitif)
memiliki biaya yang harus mereka tanggung apapun output mereka. Sebenarnya,
beberapa biaya tetap harus dibayar meskipun berusaha berhenti berproduksi
yakni, meskipun outputnya nol. Jenis biaya ini disebut biaya tetap, biaya tetap
adalah segala biaya yang tidak tergantung pada tingkat output perusahaan. Biaya
ini tetap timbul meskipun perusahaan tidak memproduksi apapun. Tidak ada biaya
tetap dalam jangka panjang, dan perusahaan tidak bisa melakukan apapun dalam
jangka pendek untuk menghindarinya atau mengubahnya. Dalam jangka panjang,
suatu perusahaan tidak memiliki biaya tetap, karena perusahaan itu bisa
memperluas, mempersempit, atau keluar dari industry.
Perusahaan memang memiliki biaya
tertentu dalam jangka panjang yang tergantung pada tingkat output yang mereka
pilih. Jenis biaya ini disebut dengan biaya varibel, biaya variable adalah
baiya yang tergantung pada tingkat produksi yang dipilih. Biaya tetap dan biaya
variable merupakan penyusun biaya total, biaya total adalah biaya tetap
ditambah biaya variable.
2.2.1 Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek
2.2.1 Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek
Tabel 10.1 menunjukkan nilai-nilai berbagai pengertian
biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang. Dalam membuat
contoh yang terdapat dalam table 10.1 tersebut dimisalkan tenaga kerja adalah
factor produksi yang berubah-ubah jumlahnya, sedangkan factor produksi yang
lain jumlahnya tetap.Sehingga keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan produsen dapat dibedakan kepada dua jenis pembiayaan yaitu biaya
yang selalu berubah dan biaya tetap.
Tabel 10.Biaya Produksi dalam Jangka
Pendek (dalam ribuan rupiah)
a. Biaya Total (TC)
Biaya total merupakan jumlah
keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan yang terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel.
Biaya total dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TC
= TFC + TVC
b. Biaya Tetap Total
(TFC)
Biaya tetap merupakan biaya yang
tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Sebagai contoh adalah biaya
peneliharaan pabrik dan asuransi, biaya abonemen telepon bulanan. Biaya tetap
dapat dihitung sama seperti biaya variabel, yaitu dari penurunan rumus
menghitung biaya total. Penuruanan rumus tersebut, adalah:
TC
= FC + VC
FC
= TC – VC
Dalam Tabel 10.1 besarnya biaya
tetap total, yang ditunjukkan dalam kolom (3), adalah Rp 50.000
c. Biaya Berubah
Total (TVC)
Biaya variabel merupakan biaya yang
berubah secara linier sesuai dengan volume output operasi perusahaan. Sebagai
contoh adalah biaya pulsa telepon bulanan, biaya pengeluaran untuk upah dan
bahan baku. Biaya variabel dapat dihitung dari penurunan rumus menghitung biaya
total, yaitu:
TC
= FC + VC
VC
= TC – FC
Dalam table 10.1, dimisalkan setiap
tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000.
Berdasarkan pemisalan ini, biaya berubah total ditunjukkan dalam kolom (4).
d. Biaya Tetap Rata-rata
(AFC)
Biaya tetap rata-rata merupakan
biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu
(Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AFC
= TFC / Q
e. Biaya Berubah
Rata-rata (AVC)
Biaya variabel rata-rata merupakan
biaya yang apabila biaya variabel (VC) untuk memproduksi sejumlah baran (Q)
dibagi dengan jumlah produksi tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu:
AVC
= TVC / Q
f. Biaya Total
Rata-rata (AC)
Biaya total rata-rata merupakan
biaya yang apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu
(Q) dibagi dengan jumlah produksi oleh perusahaan. Biaya total rata-rata dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu:
AC
= TC / Q atau
AC
= AFC + AVC
g. Biaya Marjinal (MC)
Biaya marginal dapat juga dikatakan
sebagai biaya pertambahan (incremental cost). Biaya marginal merupakan kenaikan
biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit
keluaran tambahan. Biaya marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
MCn = TCn – TC
n-1 atau
MCn = ∆TC / ∆Q
Perhatikan Tabel 10.1. Misalkan
jumlah tenaga kerja bertambah dari 2 menjadi 3. Dapat dilihat bahwa produksi
bertambah dari 6 menjadi 12 unit (jadi bertambah 6 unit) dan biaya produksi
bertambah sebanyak Rp 50.000, yaitu dari sebanyak Rp 150.000 menjadi Rp
200.000. Dengan demikian biaya marjinal adalah Rp 50.000 / 6 unit = Rp 8333
BENTUK KURVA JANGKA PENDEK
1. KURVA
BIAYA TOTAL
Dalam gambar diatas digambarkan 3
jenis kurva yang termasuk dalam golongan kurva-kurva biaya total rata-rata,
yaitu:
Kurva
TFC yang menggambarkan biaya tetap total
Kurva
TVC yang menggambarakan biaya berubah total
Kurva
TC yang menggambarkan biaya total
Pada permulaannya apabila jumlah
factor berubah adalah sedikit, produksi marjinal meningkat dan menyebabkan TVC
berbentuk agak landai (lihat bagian ab) tetapi, apabila produksi sudah semakin
banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan menyebabkan kurva TVC semakin
tegak (lihat bagian bc).
Gambar 10.1
2. KURVA
BIAYA RATA-RATA
Gambar 10.2
Kurva-kurva
dalam gambar 10.2 dilukis berdasarkan kepada angka-angka yang terdapat dalam
table 10.1. Kurva biaya tetap rata-rata berbentuk menurun dari kiri atas ke
kanan bawah. Bentuk yang demikian disebabkan karna ia menggambarkan bahwa
semakin besar jumlah produksi, semakin kecil biaya tetap rata-rata.
3. HUBUNGAN
KURVA MC DAN AVC DAN AC
Dalam
menggambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlulah disadari dan diingat bahwa
kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-masing
kurva tersebut. Hal itu harus dibuat agar tidak menyalahi hukum matematik.
Gambar 10.3
4. KURVA
MC
Kurva
MC menimbulkan sedikit masalah dalam menggambarkan, karena ia menunjukkan
pertamn=bahan biaya kalau produksi naik satu unit. Dengan demikian ada dua
tingkat produksi yang berkaitan dengan efek tersebut, tingkat produksi sebelum
dan sesudah kenaikan produksi. Disebabkan oleh hal ini, titik-titik yang
menggambarkan biaya merjian harus digambarkan diantara kedua-dua tingkat
produksi tersebut. Ini berarti, sebagai conoh, titik yang menggambarkan biaya
marjinal naik dari 0 unit menjadi 1 unit harus dibuat ditengah-tengah unit
produksi 0 dan 1 titik. Contoh lain, untuk menggambarkan biaya marjinal pada
waktu produksi naik dari 6 unit menjadi 12 unit, harus dibuat diatas tingkat
produksi sebanyak 9 unit (karena unit produksi ke-9 adalah ditengah-tengah 6 unit
dan 12 unit). Keadaan ini menggambarkan titik A. Menggambarkan contoh lain,
perhatikan cara menentukan titik pada MC pada ketika jumlah produksi bertambah
dari 33 unit menjadi 38 unit. Untuk kenaikan produksi ini MC = Rp 10000.
Keadaan ini digambarkan oleh titik B. Gambar 10.3 secara khusus menunjukkan
kurva MC yang dilukis berdasarkan data biaya marjinal pada table 10.
Gambar 10.4
2.2.2 Biaya Produksi Jangka
Panjang
Dalam
jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang
akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi
dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak
ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah.
Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumalah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan.
Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumalah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan.
CARA
MEMINIMUMKAN BIAYA KURVA JANGKA PANJANG
Karena
dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia
harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant size) yang akan meminimumkan
biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva
bioaya total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis mengenai bagaimana
produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya
dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang
berbeda-beda.
Contoh
yang menggambarkan bagaimana analisis tersebut dibuat ditunjukkan dalam gambar.
Dimisalkan terdapat 3 kapasitas pabrik yang dapat digunakan oleh pengusaha.
Kapasitas 1 ditunjukkan oleh AC1, kapasitas 2 ditunjukkan oleh
AC2, dan kapasitas 3 ditunjukkan oleh AC3. Dalam contoh ini pada
hakikatnya pengusaha mempunyai 3 pilihan dalam menggunakan alat-alat produksi :
kapasitas 1, kapasitas 2, kapasitas 3. Berturut-turut biaya produksi akan
dikeluarkan untuk menggunakan masing-masing kapsitas tersebut adalah seperti
ditunjkkuan oleh AC1, AC2, AC3. Yang manakah kapasitas yang akan
dipilih produsen ? Faktor apakah yang menetukan pilihan tersebut.
Faktor
yang akan menetukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi
yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebutingin mencapai produksi sebanyak
100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan kapasitas 1 (lihat titik A).
Kalau yang digunakan adalah kapasitas 2 (seperti dalam gambar, biaya
produksinya adalah lebih tinggi ( lihat titik B). Kapasitas 1 adalah kapasitas
yang paling efisien, dan akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi di
bawah 130 unit. Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, kapasitas 2
adalah yang paling efisien, karena biaya produksi adalah paling minimum dengan
menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat misalnya untuk produksi
sebanyak 160 unit.
Seperti
dapat dilihat dalam gambar. AC1 berada di atasAC2, yang berarti
dengan menggunakan kapasitas satu biaya akan lebih tinggi daripada menggunakan
kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, kapasitas 3
adalah yang harus digunakan produsen. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya.
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimuman biaya jangka panjang
tergantung kepada 2 faktor berikut :
1 Tingkat
produksi yang ingin dicapai
2 Sifat
dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia
2.3 SKALA EKONOMI
DAN TIDAK EKONOMI
2.3.1 SKALA
EKONOMI
Skala kegiata produksi jangka
penjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomi apabila pertambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang
semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan
pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan memproduksi bertambah efisien.
Ini mencerminkan oleh biaya produksi yang bertambah rendah.
Ada beberapa faktor penting yang
menimbulkan skala ekonomi :
1. Spesialisasi
Faktor-faktor Produksi
Dalam perusahaan yang kecil
ukurannya, para pekerja harus menjalankan beberapa tugas. Oleh sebab itu mereka
tidak dapat mencapai keterampilan yang tinggi di dalam mengerjakan tugas
tertentu. Dalam perusahaan yang besar perlu adanya dilakukan spesialisasi.
Setiap pekerja diharuskan melakukan suatu pekerjaan tertentu saja, dan ini
menambah keterampilan mereka. Produktivitas mereka bertambah tinggi dan akan
menurunkan biaya per unit.
2. Pegurangan
Harga Bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain
Setiap perusahaan membeli bahan
mentah, mesin-mesin, dan berbagai jenis peralatan untuk melakukan kegiatan produksi.
Harga bahan-bahan tersebut akan memnjadi bertambah murah apabila pembelian
bertambah banyak. Makin tinggi produksi, makin banyak bahan-bahan mentahdan
peralatan produksi yang digunakan. Keadaan ini menyebabkan biaya per unit akan
menjadi semakin murah.
3. Memungkinkan
Produk Sampingan(by-Products) Diproduksi
Di dalam perusahaan-perusahaan
adakalanya terdapat bahan-bahan yang terbuang(waste), yaitu barang-barang yang
tidak terpakai yang merupakan residu yang diciptakan oleh proses produksi. Di
dalam perusahaan yang kecil biasanya jumlah tidak banyak dan tidak ekonomis
untuk diproses menjadi barang sampingan. Tetapi kalau perusahaan merupakan
kegiatan memproduksi yang besar, dan memiliki barang residu yang cukup banyak,
barang residu ini dapat diproses menjadi barang yang diproduksi secara
sampingan. Kegiatan yang baru ini akan menurunkan biaya per unit dari
keseluruhan operasi perusahaan.
4. Mendorong
Perkembangan Usaha Lain
Kalau sesuatu perusahaan telah
menjadi sangat besar, timbul permintaan yang cukup ekonomis untuk mengembangkan
kegiatan di bidang usaha lain yang menghasilkan barang-barang atau fasilitas
yang dibutuhkan perusahaan yang besar tersebut. Sebagai contoh, pembesaran
perusahaan lain akan mendorong pemerintah menyediakan jaringan pengangkutan
yang baik, dan fasilitas penyediaanair dan listrik yang murah. Disamping itu
perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa-jasa kepada perusahaan yang besar
tersebut akan berkembang. Berbagai perkembangan ini akan mengurangi biaya per
unit.
2.3.2 SKALA TIDAK
EKONOMI
Kegiatan
memproduksi suatu perusahaan dikatakan mencapai skala tidak ekonomi apabila
pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin
tinggi. Keadaan ini diwujudkan oleh kegiatan memproduksi yang menurun
efisiennya.
Wujud
skala tidak ekonomi terutama disebabkan oleh organisasi perusahaan yang sudah
menjadi sangat besar sekali sehingga menimbulkan kerumitan di dalam mengatur
dan memimpinnya. Perusahaan yang terus menerus membesar biasanya berarti jumlah
tenaga kerja yang digunakan meliputi beribu-ribu orang, dan mempunyai pabrik
dan cabang di berbagai tempat.
Sebagai akibatnya kegiatan dan organisasi
perusahaan itu sudah menjadi sangat kompleks. Tidak mungkin lagi ia dipimpin
oleh seorang manajer saja. Ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan dan
kebijakan perusahaan yang sangat kaku dan memakan waktu yang lama untuk
merumuskannya. Keadaan ini mengurangi efisiensi kegiatan perusahaan, dan
menyebabkan biaya produksi rata-rata semakin tinggi.
2.3.3 BEBERAPA BENTUK
KURVA LRAC
Sifat
skala ekonomi dan skala tidak ekonomi dari kegiatan berbagai perusahaan
merupakan faktor yang sanagat penting di dalam menentukan jumlah perusahaan di
dalam sesuatu industri. Keadaan ini juga akan mempengaruhi bentuk kurva biaya
total rata-rata jangka panjang yang dihadapi setiap perusahaan. Secara kasar
dapat dibedakan tiga bentuk dari LRAC, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.
Dalam
grafik (i) kurva LRAC sangat cepat penurunannya, tetapi ia sangat cepat pula
mengalami kenaikan. Ini berarti kenaikan produksi yang sedikit saja telah
menimbulkan skala ekonomi yang sangat menguntungkan (yaitu biaya produksi
rata-rata sangat cepat pengurangannya), tetapi pada tingkat produksi yang
relatif rendah, skala tidak ekonomi sudah mulai wujud. Industri yang LRACnya
berbentuk demikian pada umumnya terdiri dari banyak perusahaan, dan
masing-masing perusahaan tersebut berukuran kecil.
Dalam
grafik (ii) juga pada permulaannya skala ekonomi sangat menguntungkan tetapi ia
juga tidak berlangsung lama. Akan tetapi ia diikuti oleh kuva LRAC yang datar
yang berarti pada tahap permulaan skala tidak ekonomi belum lagi menguasai
kegiatan perusahaan. Baru pada tingkat produksi yang tinggi skala tidak ekonomi
mulai berlaku. Industri yang mempunyai kurva LRAC yang berbentuk demikian
terdiri dari beberapa perusahaan besar dan beberapa perusahaan yang kecil. Jadi
besarnya perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut tidak seragam dan jumlah
perusahaan masih relatif besar.
Apabila
kurva LRAC adalah seperti yang ditunjukkan oleh grafik (iii), industri biasanya
terdiri dari perusahaan-perusahaan yang sangat besar ukurannyadan jumalah
perusahaan dalam industri tersebut relatif sedikit. Hanya beberapa perusahaan
terdapat dalam sesuatu industri. Industri adalah bersifat sedemikian karena
skala ekonomi tetap wujud sehingga ke jumlah produksi yang sangat banyak dan
dapat menguasai pasaran.
CONTOH
KASUS (terbit Kamis,
19 April 2018 / 16:08 WIB)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga
bungkil kedelai menunjukkan peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan,
harga bungkil kedelai di Indonesia sempat menyentuh harga Rp 7.600 per kg,
sementara pada Februari masih sekitar Rp 5.200 per kg.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan
Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko pun membeberkan bahwa pabrik
pakan berencana menaikkan pakan ternak sebesar Rp 150 per kg. Tak hanya karena
naiknya bungkil kedelai, kenaikan harga ini pun dipicu oleh menguatnya nilai
dollar.
Bila harga pakan ternak ini
meningkat, maka biaya pokok produksi pun akan meningkat. "Bila pakan
ternak naik Rp 100 per kg, maka biaya pokok produksi akan naik Rp 200 per kg.
Harga pembelian pasti naik," ujar Singgih kepada Kontan.co.id, Kamis (18/4).
Meski begitu, Singgih berharap
kenaikan pakan ternak ini bisa ditunda. Pasalnya, peternak baru mulai merasakan
keuntungan dari harga ayam yang mulai membaik.
Bila kenaikan harga pakan
dilakukan sementara pemerintah menetapkan harga batas bawah dan atas untuk ayam
dan telur, maka Singgih berpendapat keuntungan peternak bisa terus tergerus.
"Dalam empat tahun ini
harga ayam babak belur, baru 2018 harga stabil sejak Januari. Jadi semua aturan
supply demand mulai terasa hasilnya, tidak over supply,"
ujar Singgih.
Singgih mengatakan, saat ini
rata-rata harga ayam di tingkat peternak sekitar Rp 19.000 per kg. Menurutnya,
jumlah produksi dan permintaan konsumen pun sedang stabil.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Biaya
Produksi merupakan semua beban yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk dapat
menghasilkan suatu barang / produksi. Dalam Teori ini, dikenal berbagai macam
biaya dan dibedakan menurut jangka waktunya yakni jangka pendek dan jangka
panjang.
Biaya
tetap ialah Biaya yang besarnya tidak tergantung pada hasil Produksi, artinya
biaya tetap dikeluarkan dengan jumlah sama meskipun hasil produksi mengalami
penurunan, Sedangkan Biaya Variabel ialah Biaya yang besarnya berubah-ubah
mengikuti tingkat produksi, artinya biaya ini akan semakin banyak dikeluarkan
apabila produksi yang dihasilkan semakin meningkat.
Pada
Teori biaya Produksi Periode Jangka Panjang semua biaya bersifat
Variabel(berubah-ubah). Sedangkan pada periode Jangka Pendek biaya
bersifat tetap ( tidak berubah). Namun hal ini tidak menutup kemungkinan
bahwa biaya tetap pada periodejangka pendek juga akan mengalami
perubahan. Tentu hal ini dikarenakan Faktor – factor tertentu yang harus
menambah biaya tersebut. Misalkan dalam suatu usaha perkembangan dari usaha
tersebut sangat maju dan oleh karena itu diperlukan tambahan peralatan untuk
menunjang hasil produksi tersebut. Maka tambahan biaya tetap dalam jangka waktu
tersebut memang harus dikeluarkan.
3.2 SARAN
Agar
dapat melakukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat, perusahaan harus
mengadakan pengelompokkan atau pengkhlasifikasian biaya, agar biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dapat di bebankan dengan tepat sehingga perusahaan
dapat menentukan harga jual produknya secara wajar, dalam arti tidak terlalu
rendah maupun tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan produk sejenis yang
dihasilkan perusahaan lain sehingga produk yang di hasilkan perusahaan dapat
bersaing dipasar.
DAFTAR PUSAKA
Karl
E. Case, Ray C. Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi(Case and Fair). 2006. Jakarta.
Erlangga
Munif,Achmad. Teori Ekonomi Mikro. 2013. Surabaya: Jenggala Pustaka Umum.
Munif,Achmad. Teori Ekonomi Mikro. 2013. Surabaya: Jenggala Pustaka Umum.
Pramutoko,Bayu.
Pengantar Ilmu Ekonomi 1. 2012. Surabaya: Jenggala Pustaka Umum.
Pramutoko,Bayu.
Teori Ekonomi Mikro. 2013. Surabaya: Jenggala Pustaka Umum.
Sukirno,Sadono. Mikro Ekonomi. 1994. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Sukirno,Sadono. Mikro Ekonomi. 1994. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
real estate investing for beginners in 2023
BalasHapus